Jumat, 09 November 2012

Kebijakan bangsa Eropa di Indonesia


Kedatangan BangsaEropa di Indonesia Serta Kebijakan yang Diberikan
Awal kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara ( Indonesia ) pada abad 16.  Mereka datang ke Indonesia dalam misi mencari sumber rempah-rempah yang menjadi salah satu komoditi dagang paling dicari di Eropa (Paramita rahayu.2008.228.)  kenyataan ini lah yang mendorong banyaknya bangsa Eropa yang mulai datang untuk mencari sumber-rempah-rempah. Kedatangan bangsa Portugis pada awal abad  ke 16 telah memulai ekspansi bangsa Eropa ke Indonesia, kemudian dilanjutkan oleh bangsa Spanyol, Bangsa Belanda Melalui VOC, kemudian Inggris. Bangsa Eropa dalam petualangannya ke Indonesia telah memberikan pengaruh-pengaruh dalam bidang ekonomi dan melakukan kebijakan-kebijakan ekonomi baik untuk mengambil hati masyarakat Indonesia maupun untuk menguasai hasil rempah-rempah di Indonesia.
 Kebijakan ekonomi  itu sendiri adalah mengacu pada tindakan sebuah kebijakan pemerintah dalam mengambil kebijakan atau keputusan di bidang ekonomi, kebijakan ini dapat pula mencakup didalamnya sistem untuk menetapkan sistem perpajakan suku bunga dan anggaran pemerintah serta  pasar  tenaga kerja kepemilikan nasional, dan otonomi daerah dari intervensi pemerintah ke dalam perekonomian. Kebijakan ekonomi yang diterapkan olah bangsa eropa di Indonesia ada bermacam-macam yakni

Selasa, 06 November 2012

Pandai Besi dan Karyanya


Pandai Besi

ANN Dunham, antropolog Amerika Serikat dan ibu Presiden Amerika Barack Obama, terpaku heran melihat dua pembesar desa menunjukan sikap takzim pada perajin keris, Pak Djeno. Mereka berbicara dengan nada yang direndahkan. Kepala mereka seringkali menunduk ketika mendengar Pak Djeno berbicara. Tak seperti yang Ann kenal, sikap mereka berbeda; tak ada kelakar dan tawa dari mereka sebagaimana biasa. Dua pembesar itu menemani Ann yang sedang menyusun disertasi mengenai pandai besi di Indonesia. Pada 1988, Ann menyambangi desa di Sleman, Yogyakarta, untuk menambah bahan-bahan penulisan.
Sebelumnya, Ann tak tahu bahwa pandai besi memiliki posisi yang tinggi meski secara kelas sosial wong cilik. Dia baru tahu saat menatap rajah silsilah di dinding rumah Pak Djeno. Rajah itu menunjukan Pak Djeno sebagai generasi keempatbelas keturunan pandai besi Kerajaan Mataram di Jawa Tengah. Ann terkesiap. Di tengah rasa kejutnya, Ann disodorkan beberapa keris oleh Pak Djeno. Dia memutuskan membeli salah satunya. Sikap dua pembesar desa terhadap Ann pun berubah. Kejadian ini dia tuangkan dalam disertasinya yang telah dibukukan, Pendekar-Pendekar Besi Nusantara.
Pandai besi telah ada sejak berpuluh abad lampau. Menurut arkeolog Titi Surti Nastiti dalam Pasar di Jawa Masa Mataram Kuna, cukup banyak prasasti yang menyebut keberadaan mereka. Kala itu, mereka dikenal sebagai pandai wsi (besi). 
Beberapa desa di Jawa Tengah seperti Tanggung dan Kedok dikenal sebagai asal pandai besi sedari abad ke-8. Mereka mengolah bijih besi yang terdapat di dekat tempat tinggalnya, terutama wilayah perbukitan. Dari sini terbentuk jejala industri besi rumah tangga. Di pasar, mereka menjual karyanya berupa pisau, parut, loyang, cetakan kue, dan alat-alat pertanian.      
Waktu itu, masyarakat Jawa menempatkan pandai besi pada posisi unik. Ada yang menganggap keahlian mereka tak lebih dari tukang sehingga status dan kelas sosialnya rendah. “Dalam beberapa naskah kesusastraan seperti Slokantara (abad ke-14) dan Agama Adigama, kelompok pandai dimasukkan ke dalam kelompok candala, yaitu kelompok masyarakat yang kedudukannya paling rendah,” tulis Titi.

Senin, 05 November 2012

Sejarah LEKRA


LEKRA DAN SEJARAH
LEKRA sebenarnya sebuah fenomena luar biasa dalam sejarah Indonesia. Saya kira sulit bagi kita yang tidak berpengalaman langsung sekarang ini membayangkan betapa besar, betapa canggih dan besar pengaruh LEKRA pada tahun 1950-an dan 1960-an. Pada tahun 1963 Pramoedya Ananta Toer pernah melaporkan bahwa keanggotaan LEKRA sudah melebihi seratus ribu orang. Seratus ribu pekerja kebudayaan. Bisa saja klaim ini berlebihan apalagi setahu saya LEKRA tidak pernah mengembangkan keanggotaan resmi. Tetapi jelas bahwa pada waktu itu pengikut LEKRA sudah mencapai puluhan ribu orang. Sebelum kemerdekaan Indonesia dan sejak naiknya Jenderal Soeharto menjadi presiden, tidak ada organisasi kebudayaan yang mendekati skala massal ini. Pengaruh LEKRA pada tahun 1950-an dan 1960-an sangat luas. Tidak hanya di bidang seni modern seperti seni rupa dan sastra, tapi juga sampai cabang-cabang seni rakyat seperti ketoprak, tari tradisional, pesindenan, pedalangan dan seni batik.

Raja-Raja Majapahit

Raja-raja Majapahit Kertajasa Jawardhana (1293 – 1309) Merupakan pendiri kerajaan Majapahit, pada masa pemerintahannya, Raden Wijaya d...