Kamis, 18 Desember 2014

Sejarah Arkeologi Maritim Ditinjau dari perkembangan perahu di Indonesia

Sejarah Arkeologi Maritim Ditinjau dari perkembangan perahu di Indonesia

A.    Latar Belakang Masalah.
Indonesia merupakan Negara yang terkenal dengan negara maritim karena wilayah indonesia lebih dari separuhnya adalah wilayah perairan. Selain itu indonesia jug terkenal sebagai negara seribu pulau karena negara indonesia memiliki banyak pulau-pulau yang berjajar dari Sabang sampai Merauke. Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia tentunya tidak pernah lepas dari perkembangan teknologi pelayaran, dalam hal ini mengkaji mengenai teknologi perahu yang merupakan saah satu hasil budaya bahari yang sejak lama telah memegang peranan penting dalam perkembangan sejarah Indonesia.
Perkembangan perahu di Nusantara terjadi sejak masa prasejarah yang telah memegang peranan penting dalam kehidupan manusia di dunia termasuk Nusantara. Perahu selain memiliki fungsi sosial ekonomi sebagai alat transportasi air, untuk berkomunikasi antar masyarakat, perdagangan dan sarana mencari ikan, perahu juga berkaitan erat dengan religi masyarakat pendukungnya yang mendiami pulau-pulau di Nusantara. Berdasarkan data dan bukti-bukti yang menunjukkan adanya perkembangan perahu di Nusantara memang belum banyak dikaji, sehingga dalam penjelasan yang lebih kongkret mengenai perkembangan sejarah maritim di Nusantara belum banyak peneliti yang mendeskripsikannya.
 Dalam perkembangannya perahu di Nusantara memilki beberapa karakteristik model dan bentuk perahu yang didasari oleh fungsi dan kegunaannya. Bentuk perahu yang ada di Nusantara memiliki perbedaan baik dari segi bentuk dan teknologi yang telah dipakai dalam pembuatan perahu. Perbedaan perahu yang terdapat di nusantara didasari oleh faktor alam dan faktor manusia itu sendiri Dalam penulisan makalah ini akan dijelaskan mengenai perkembagan perahu berdasarkan periodisasinya dimulai dari zaman prasejarah kemudian berlanjut pada masa kerajaan Hindu-Budha. Dalam hal ini penulis akan mencoba mengemukakan materi penjelasan mengenai perkembangan teknologi maupun periodisasi penggunaan perahu dalam kehiduapan masyarakat di Nusantara.



  1. Rumusan Masalah.
           1.       Bagaimana perkembangan perahu pada masa Prasejarah di Nusantara?
           2.       Bagaimana perkembangan perahu pada masa kerajaan di Nusantara ?

  1. Tujuan Penelitian
          1.        Untuk mengetahui perkembangan perahu pada masa Prasejarah di Nusantara.
          2.        Untuk mengetahui perkembangan perahu pada masa kerajaan di Nusantara.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Perkembangan Perahu pada masa Prasejarah.
Menurut catatan prasejarah, asal mula transportasi air melalui penyebrangan sungai sudah dilakukan sejak zaman Paleolitik atau zaman batu yang merupakan zaman purba ketika manusia masih mennggunakan peralatan batu. Kemudian berkembang pada zaman Neolitik yang sudah menggunakan peralatan batu cetakan halus. Transportasi laut yang mula-mula muncul adalah coracle yang dikenal di Inggris, dengan bentuk seperti mangkuk bulat telur yang terbuat dari kerangka kayu yang dilapisi denan kulit binatang yang kemudian berkembang menjadi kano.
Perahu jenis kano mulai berkembang di Nusantara dan berawal pada zaman Neolitik. Perkembangan kano mulai diadaptasikan dan dibuat oleh manusia pada zaman itu dengan peralatan seadanya. Mengenai cara pembuatannnya akan dijelaskan lebih rinci dalam pernyataan dibawah ini.
“Perkembangan Kano di Nusantara sudah dikenal manusia pada masa Neolitik, dimana pada cara pembuatannya manusia pada zaman itu menggunakan batang pohon yang telah ditumbangkan kemudian dipotong dengan peralatan batu, ukuran potongan disesuaikan dengan ukuran perahu yang akan dibuat, kemudian kulit-kulit pohon dikelupas dengan menggunakan peralatan beliung dan belicung. Sedangkan untuk membuat rongga lubang, batang dibakar sambil dihaluskan menggunakan beliung dan belicung” (Pramono, 2005:103).

Senin, 28 April 2014

PENGARUH PERKEMBANGAN BUDAYA PERADABAN BACHSON HUABIN

Pengaruh budaya dan Peradaban  Bacson, Hoa - Bihn, dan Dongson dengan perkembangan budaya masyarakat awal di kepulauan Indonesia

Secara geografis, wilayah Indonesia berada pada posisi silang di antara dua benua (Asia dan Australia) dan diantara dua samudera (Hindia dan Pasifik). Posisi silang tersebut menjadikan Indonesia mudah mendapatkan pengaruh dari luar, terutama pengaruh terhadap peradaban dan budaya. Untuk dapat lebih memahami apa dan bagaimana pengaruh dari luar tersebut terhadap peradaban dan budaya Indonesia, perhatikan uraian materi di bawah ini dengan saksama!

Peradaban Lembah Sungai Mekong.
.LokasiPeradaban Lembah Sungai Mekong beraal dari Daerah pegunungan Kwen Lun di Asia Tengah yang mengalir melalui daerah Cina Selatan, Sungai Mkong menjadi perbatasan antara  Thailand dan Indo Cina dan membangun Tanjung Kamboja seperti paruh bebek. Sehingga nantinya Sungai Mekong memberikan kesuburan tanah kepada daerah-daerah yang dilalui, seperti Laos, Vietnam, dan Kamboja.

2. Pendukung Manusia-manusia kuno juga berasal dari Asia Tengah. Melalui sungai atau lembah mereka menyebar ke daerah pantai. Penyebaran mereka mungkin disebabkan karena adanya wabah penyakit atau bencana alam. Dari fosil yang ditemukan, dapat dinyatakan bahwa mereka terdiri atas beberapa macam ras, yaitu: 
a. Ras Papua Melanesoid,
b. Ras Europaede
c. Ras Mongoloide
d. Ras Austroloide
e. Ras Melayu
Istilah bacson-hoabinh ini dipergunakan sejak tahun 1920 -an yaitu untuk
menunjukan suatu tempat pembuatan alat -alat batu yang khas dengan ciridari
peninggalan kebudayaan bacson-hoabinh
Percampuran antara Ras Papua Melanesoid dengan Ras Europaede, mereka melahirkan bangsa Melayu yang berkulit sawo matang. Daerah Teluk Tonkin di  Indo Cina merupakan tanah air mereka yang kedua. Dari Indo Cina mereka menyebar ke Kamboja, Muangthai yang kemudian menjadi bangsa  Austro-Asia, dan sebagian besar ke kepulauan yang kemudian menjadi bangsa Austronesia.

3.      Pusat Peradaban

Pada lembah sungai Mekong terdapat dua pusat peradaban, yaitu:

a. BacsonHoabinh yang nantinya terkenal dengan kebudayaan Mesolithikum atau kebudayaan batu tengah.
b.Dongson yang nantinya terkenal dengan kebudayaan perunggu.

4.      Kehidupan Masyarakat.
Para ahli berpendapat bahwa masyarakat pendukung Peradaban Lembah Sungai Mekong berasal dari Asia Tengah. Melalui sungai alau lembah- lembah mereka menyebar ke daerah pantai  dan akhirnya sampai dan hidup menetap di Lembah Sungai Mekong. Kehidupan mereka adalah sebagai berikut:
a.       Memiliki kepandaian dalam bercocok tanam, baik dalam tingkat berladang maupun bersawah
LATIHAN 1.1
1. Berikan contoh tentang ilmu perbintangan yang kamu ketahui!
2. jelaskan keadaan masyarakat lembah sungai Mekong!
Bercocok tanam meliputi berladang maupun bersawah. Hasilnya berupa padi yang merupakan bahan makanan pokok, di samping palawija yang merupakan tanaman selingan, seperti kacang, kedelai, dan jagung. Untuk mengerjakan sawah, mereka menggunakan bajak yang ditarik oleh kerbau atau sapi.

b.      Memiliki keahlian membuat perahu yang disebut perahu bercadik.
Perahu ini dipergunakan untuk perpindahan dari daratan Asia ke daerah kepulauan (Austronesia). Salah satu ciri khas perahu buatan bangsa Melayu adalah dipergunakannya cadik. Cadik terbuat dari kayu atau bambu dan yang membuat perahu menjadi seimbang sehingga tidak mudah goyang.
c.       Memiliki pengetahuan tentang perbintangan ( astronomi)
Pengetahuan astronomi dipergunakan bangsa Melayu untuk pertanian dan pelayaran. Gugusan bintang Waluku yang bentuknya seperti bajak dipergunakan sebagai tanda untuk mengetahui datangnya musim bercocok tanam; sedangkan gugusan Bintang Salib Selatan dipergunakan untuk

mengetahui arah dalam pelayaran.

d.       Mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme
Pemujaan roh nenek moyang (animisme) dan pemujaan terhadap benda-benda yang mempunyai kekuatan gaib (dinamisme) adalah kepercayaan yang mereka kenal. Dalam prakteknya kedua macam kepercayaan itu menimbulkan kebudayaan wayang, pemujaan makam dan sebagainya.

Sabtu, 29 Maret 2014

Latar Belakang Timbulnya Sistem Tanam Paksa



Pada tahun 1830, Johannes van den Bosch diangkat sebagai gubernur jenderal Hindia Belanda yang diserahi tugas tugas utama meningkatkan produksi tanaman ekspor yang terhenti selama sistem pajak tanah berlangsung. Beban tugas yang berat tersebut didorong oleh keadaan parah keuangan negeri Belanda karena hutang yang besar. Menurut Poesponegoro (2008: 325) menyatakan bahwa masalah keuangan yang membelit Belanda tidak dapat ditanggulangi Belanda sendiri, pemikiran timbul untuk mencari pemecahan-pemecahannya di koloni-koloninya di Asia, yaitu di Indonesia. Hasil pertimbangan-pertimbangan ini menjadi gagasan Sistem Tanam Paksa yang diintroduksi oleh van den Bosch sendiri.
Sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel) merupakan sebuah eksperimen unik dalam rekayasa sosio-ekonomi.  Van den Bosch  adalah salah satu orang dari Belanda yang diangkat menjadi Komisaris Jenderal yang memiliki kekuasaan luar biasa, yang pada saat itu menguasai sepenuhnya di Indonesia. Ia menerapkan Sistem Tanam Paksa untuk orang-orang pribumi Jawa guna sebagai bentuk pembaharuan dari sistem sebelumnya yang pernah mengalami kegagalan dalam pelaksanaannya, yaitu sistem pajak tanah. Sebelumnya, pelaksanaan sistem ini  menimbulkan beberapa sikap buruk yang dimiliki dari orang Belanda, diantaranya Belanda tidak dapat menciptakan hubungan baik dengan pihak petani Jawa, sehingga kekerabatan antara mereka tidak terjalin dengan baik. Belanda juga tidak mencoba untuk mendekati para bupati dan kepala desa, yang nantinya dapat membantu mereka untuk mengekspor  tanaman-tanaman yang terdapat di Jawa untuk dimanfaatkan pihak Belanda sendiri.
Melihat kegagalan dari sistem tersebut, akhirnya Van den Bosch beralih ke sistem yang baru yaitu cultuurstelsel (tanam paksa). Dengan mengamati letak geografis di pulau Jawa  yang sangat luas dan memiliki berbagai macam tanaman berharga, Belanda membuat peraturan baru yang jauh berbeda dari sistem sebelumnya. Diantaranya adalah merubah strategi pada pajak yang dikehendaki dengan mengharuskan rakyat Jawa membayarnya dalam bentuk barang, yaitu menyerahkan sebagian hasil-hasil pertanian mereka untuk diserahkan kepada pihak Belanda, bukan lagi dengan menyerahkan dalam bentuk uang yang dilakukan pada masa pajak tanah.
Setelah tiba di Indonesia (1830) Van den Bosch menyusun program sebagai berikut :
1.      sistem sewa tanah dengan uang harus dihapus karena pemasukannya tidak banyak dan pelaksanaannya sulit.
2.      Sistem tanam bebas harus diganti dengan tanam wajib dengan jenis-jenis tanaman yang sudah ditentukan oleh pemerintah.  
3.      Pajak atas tanah harus dibayar dengan penyerahan sebagian dari hasil tanamannya kepada pemerintah Belanda.

Raja-Raja Majapahit

Raja-raja Majapahit Kertajasa Jawardhana (1293 – 1309) Merupakan pendiri kerajaan Majapahit, pada masa pemerintahannya, Raden Wijaya d...