Kondisi
dan letak Georgrafis Rengasdengklok
Karawang adalah salah satu daerah
yang memiliki perjalanan sejarah sangat
panjang, karena Karawang mulai muncul dalam panggung sejarah pada
pertengahan abad ke-15. Eksistensi Karawang
yang lebih jelas terjadi mulai dekade ketiga abad ke-17, ketika daerah
itu mulai berstatus sebagai kabupaten. Dalam perjalanan sejarahnya, di Karawang
terjadi berbagai peristiwa penting yang
merefleksikan sikap dan
gejolak masyarakat dalam
menghadapi intervensi pihak luar. Gejolak itu mencapai klimak pada
sekitar proklamasi dan revolusi kemerdekaan.
Pada
waktu yang tercakup ke dalam masa revolusi kemerdekaan Indonesia, Karawang
adalah salah satu basis perjuangan dalam upaya merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Waktu
itu Kabupaten Kawarang
– termasuk ke dalam wilayah Keresidenan Jakarta -- dengan ibukota
Purwakarta, terdiri atas 8
kewedanan, yaitu Karawang,
Purwakarta, Rengasdengklok,
Cikampek, Subang, Sagalaherang, Ciasem, dan Pamanukan.
Rengasdengklok
merupakan salah satu daerah yang memiliki sejarah yang sangat penting bagi
masyarakat Indonesia, yakni sebagai
tempat dimana Naskah Prokalamasi di buat sekaligus sebaagai tempat yang digunakan oleh golongan muda untuk
menyembunyikan para golongan tua seperti Ir. Sukarno dan Drs. Moh Hatta dari
pengaruh bangsa Jepang.
Tokoh-tokoh pemuda
sudah tidak sabar
untuk segera mem- proklamasikan kemerdekaan. Oleh
karena itu, Sukarno-Hatta terpaksa “diculik”. Rengasdengklok dipilih
menjadi tempat “penyanderaan” kedua tokoh tersebut dengan beberapa
pertimbangan:
1. Letak
Rengasdengklok cukup strategis, karena merupakan daerah belakang Jakarta
sebelah timur, sehingga baik menjadi pangkalan mundur bagi perjuangan di
Jakarta.
2. Daerah itu dikuasai oleh kompi Tentara PETA
yang bermarkas di sana, di bawah pimpinan Cudanco Umar Bahsan (semula Cudanco
Subeno).
3. Kompi
PETA Rengasdengklok sudah sejak lama bersikap antipati terhadap tentara
Jepang, bahkan merencanakan untuk melancarkan pemberontakan. Rencana itu
mendapat dukungan sejumlah
besar rakyat Karawang, khususnya penduduk
Ujung Karawang. Hal
itu berarti rakyat
Karawang sudah siap menyambut kemerdekaan.
Selama berada
di Rengasdengklok, Sukarno-Hatta ditempatkan
di rumah keluarga Cina, I Song. Rundingan di rumah tersebut menghasilkan
kesepakatan, bahwa proklamasi
kemerdekaan akan dicetuskan
tanggal 17 Agustus 1945
pagi hari di
Jakarta. Oleh karena
itu , Sukarno-Hatta tidak menginap di Rengasdengklok. Pada hari itu juga (16 Agustus 1945 kira-kira
pukul 10 malam), Bung Karno sekeluarga dan Bung Hatta kembali ke Jakarta.
Mereka dikawal oleh sejumlah anggota PETA. Rombongan Sukarno-Hatta tiba di
Jakarta tengah malam dan langsung menuju
tempat kediaman Laksamana
Maeda Tadasi1 di
Oranje Nassau Boulevard (sekarang
Jalan Imam Bonjol).
Di tempat itulah teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia disusun dan ditandatangani oleh Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Peristiwa itu
disaksikan oleh sejumlah anggota PPKI dan beberapa tokoh perjuangan golongan
tua dan pemuda. Esok harinya, Jumat Legi tanggal 17 Agustus 1945 (bertepatan
dengan tanggal 8 Ramadhan 1364
Sumber
Peta
dan Peristiwa Rengasdengklok. Bandung : Melati. Hardjasaputra, A. Sobana. 1967.
Sejarah
Revolusi nasional. Jakarta Nyoman Dekkersh 1989.
Wikipedia.org:
www.peristiwa sekitar proklamasi dan pembentukan Negara.com
Sekitar
Perang Kemerdekaan Indonesia. Jilid 1-11. Bandung : Angkasa. Natanagara, , R.H.
Husen dan R. Prawiradinata (tth) Sajarah Karawang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar