KEBIJAKAN
PEREKONOMIAN PORTUGIS, SPANYOL, DAN VOC DI INDONESIA
Kebijakan ekonomi itu sendiri adalah mengacu pada tindakan sebuah
kebijakan pemerintah dalam mengambil kebijakan atau keputusan di bidang ekonomi.
Kebijakan
ini dapat pula mencakup didalamnya sistem untuk menetapkan
sistem perpajakan suku bunga dan anggaran pemerintah serta
pasar tenaga kerja kepemilikan nasional, dan otonomi daerah
dari intervensi pemerintah ke dalam perekonomian.
Ø Kebijakan ekonomi portugis
Kebijakan oleh
pemerintahan Portugis yakni menerapkan Monopoli perdagangan Portugis di daerah
Sunda Kelapa dan Maluku pada
tahun 1511
melalui Alfonso de Albuquerque.
Namun
monopoli ini gagal karena Portugis kekurangan kapal untuk mengangkut
rempah-rempah dan komoditi lainnya (Djoened.1992:15). Selain itu kegagalan
Portugis dalam memonopoli perdagangan di Maluku dikarenakan banyak
pegawai-pegawai dari pihak Portugis yang melakukan korupsi dan menimbun sendiri
hasil panen dari pihak petani. Kegagalan pihak Portugis juga disebabkan oleh
hancurnya armada kapal Portugis di Jawa akibat perang di Malaka pada tahun 1511. Selain itu dengan kembali aktifnya
perdangangan
Asia menyebabkan sistem monopoli Portugis menjadi tidak efektif (
Ricklefs.2008:45 ). Namun pada tahun
1512 Alfonso de Albuquerque mengirimkan armada yang terdiri dari 3 kapal layar
yang dipimpin oleh Antonio de Abreu namun salah satu armada kapal tersebut tenggelam
di perairan Madura yang tujuan utama atas pengiriman armada
Portugis itu untuk membangun monopoli perdagangan cengkih (Djoened.1992:20).
Setibanya di Pulau Maluku kapal Portugis disambut baik
oleh Sultan Aby Lais, Sulta,
mereka kemudian membuat perjanjian kepada pihak
Portugis tentang pembuatan benteng di Ternate dengan imbalan Sultan Ternate
akan menyediakan cengkeh bagi Portugis. Kemunduran Bangsa Portugis dalam menguasai monopoli disebabkan adanya korupsi dan kalahnya armada
Portugis dari Malaka. Selain itu juga disebabkan dengan adanya
pembunuhan sultan Khairun (1537-1570) yang menyebabkan Sultan Baabullah yang
merupakan anak dari Sultan Khairun mengadakan perawanan terhadap Portugis
dengan mengepung basis kekuatan Portugis dan mengepung benteng pertahanan
Portugis selama 5 tahun.
Ø Kebijakan ekonomi bangsa spanyol
Bangsa
Spanyol datang di Indonesia
pada tahun 1580 Raja
Spanyol Philip
II memerintahkan Gubernur
Jendral Spanyol yang ada di Manila untuk ekspedisi di wilayah
Ternate. Kedatangan Spanyol di Ternate berhasil untuk membujuk Kerajaan Ternate untuk menandatangani perjanjian
yang mengharuskan Ternate mengakui kekuasaan dan memberikan hak monopoli cengkih bagi Spanyol (Djoened.1992:20).
Selain
itu kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh Spanyol di Indonesia adalah mengenai kebijakan
barter yang dilaksanakan di Pulau
Jawa. Kebijakan ini dilakukan karena pihak Spanyol sulit
untuk mendapatkan pengaruh di Maluku maupun di Ternate karena adanya campur
tangan dari pihak VOC, barter yang digunakan oleh Spanyol adalah dengan menukar
kebutuhan sehari-haari seperti beras, jagung dan gandum serta kain, kemudian
ditukar dengan rempah-rempah.
Ø Kebijakan ekonomi VOC di indonesia
Kedatangan Bangsa Portugal di Indonesia telah
memberikan banyak inspirasi terhadap Bangsa
Eropa yang lainnya sehingga mereka
berbondong-bondong untuk menancapkan bendera kekuasaan di Indonesia. Setelah kedatangan Bangsa Portugis yang ingin menciptakan
perdangangan monopoli terhadap penjualan
rempah-rempah dan
cengkih di Indonesia, namun usaha itu ternyata gagal. Kegiatan monopoli yang
pernah diterapkan oleh Bangsa
Portugis kemudian diteruskan oleh Belanda yang ingin menyaingi perdagangan rempah-rempah di Eropa dengan membangun kongsi dagang yang
dinamakan VOC (Vereenigde Oost-Indische
Compagnie ). Kedatangan VOC di Indonesia dimulai pada tahun 1602, sampai kemudian tahun 1642. Terdapat beberapa kebijakan-kebijakan VOC dan pengaruhnya bagi rakyat Indonesia). Berikut ini kebijakan-kebijakan VOC yang diterapkan
di Indonesia:
v Menguasai
pelabuhan-pelabuhan dan mendirikan benteng untuk melaksanakan monopoli
perdagangan. Dalam hal ini VOC berhasil menguasai produksi lada yang berhasil
dikuasai oleh Banten dengan cara membangun benteng di Batavia yang digunakan
sebagai salah satu pusat perdagangan di Asia yang mampu untuk menyaingi dan
menggantikan peran pelabuhan Malaka (Leirissa.2012:38).
v Melaksanakan
politik devide et impera (memecah dan
menguasai) dalam rangka untuk
menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia. Apabila ada konflik internal di satu
kerajaan, atau ada pertikaian antara satu kerajaan dengan kerajaan
tetangganya, Belanda membantu salah
satu pihak untuk mengalahkan lawannya, dengan imbalan yang sangat menguntungkan bagi pihak Belanda, termasuk antara lain
memperoleh sebagian wilayah yang bersama-sama dikalahkan. Dengan tipu
muslihat dan bantuan penguasa setempat,
Belanda berhasil mengusir Portugis dari wilayah yang mereka kuasai di Maluku, yang sangat kaya akan
rempah-rempah, yang mahal harganya di Eropa. Contoh-contoh lain dari politik devide et impera adalah:
1. Pihak
VOC ikut campur tangan terhadap konflik yang
terjadi di Banten yang melibatkan salah seorang putra raja yang bersekutu
dengan VOC, kemudian VOC berhasil mengintervensi salah satu pihak dan berhasil merebut istana. Pada tahun 1683 VOC berhasil membuat
perjanjian kepada sultan agar hasil dari panen lada disalurkan kepada pihak VOC
v Untuk
melaksanakan kekuasaannya di Indonesia diangkatlan jabatan Gubernur Jenderal
VOC antara lain:
1. Pieter Both, merupakan Gubernur Jenderal VOC
pertama yang memerintah tahun 1610-1619 di Ambon.
2. Jan Pieterzoon Coen, merupakan Gubernur Jenderal
kedua yang memindahkan pusat VOC dari Ambon ke Jayakarta (Batavia). Karena
letaknya strategis di tengah-tengah Nusantara memudahkan pelayaran ke Belanda.
v Melaksanakan
sepenuhnya hak Oktroi yang diberikan pemerintah Belanda.
-
hak monopoli
-
hak untuk membuat uang
-
hak nutuk mendirikan benteng
-hak untuk melaksanakan perjanjian dengan kerajaan
di Indonesia, dan
- hak untuk tentara.
- hak untuk tentara.
v Membangun
pangkalan/markas VOC yang semula di Banten dan Ambon, dipindah ke Jayakarta
(Batavia).
v Melaksanakan pelayaran Hongi (Hongi
tochten). Yakni dengan Melakukan
pelayaran hongi untuk memberantas penyelundupan. Tindakan yang dilakukan VOC
adalah merampas setiap kapal penduduk yang menjual langsung rempah-rempah kepada pedagang asing seperti
Inggris, Perancis dan Denmark. Hal ini banyak dijumpai di pelabuhan bebas
Makasar.
v Kebijakan
VOC terhadap Maluku yang bersifat dualistik yakni dengan melaksanakan
penghilangan daerah-daerah produsen cengkeh Maluku yang dikuasai oleh kerajaan
Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo.
Kemudian pihak kerajaan menyetujui keinginan VOC agar cengkeh dan pala tidak
diproduksi dan dijual di Maluku dengan diadakannya “Extirpatie” yakni penebangan pohon-pohon cengkeh dan pala yang
terdapat di dalam wilayah kerajaan-kerajaan tersebut dan sebagai imbalannya
pihak VOC memberikan upah kepada para Sultan dan Bobato (pejabat kerajaan) yang
dinamakan “Recognitiepennningen” sehingga pada tahun 1620 di wilayah Maluku
tidak terdapat lagi cengkeh dan pala sehingga pusat perdagangan dipindahkan dari
Ambon yang semula berpusat di wilayah itu beralih ke daerah Batavia (Jayakarta)
yang merupakan wilayah kekuasaan VOC (Leirissa.2012:43).
ijin copy
BalasHapus