Rabu, 16 Januari 2013

Kondisi dan letak Georgrafis Rengasdengklok


Kondisi dan letak Georgrafis Rengasdengklok
            Karawang adalah salah satu daerah yang memiliki perjalanan  sejarah sangat panjang, karena Karawang mulai muncul dalam panggung sejarah pada pertengahan  abad ke-15. Eksistensi  Karawang  yang lebih jelas terjadi mulai dekade ketiga abad ke-17, ketika daerah itu mulai berstatus sebagai kabupaten. Dalam perjalanan sejarahnya, di Karawang terjadi berbagai peristiwa penting yang   merefleksikan   sikap   dan   gejolak   masyarakat   dalam   menghadapi intervensi pihak luar. Gejolak itu mencapai klimak pada sekitar proklamasi dan revolusi kemerdekaan.
Pada waktu yang tercakup ke dalam masa revolusi kemerdekaan Indonesia, Karawang adalah salah satu basis perjuangan dalam upaya merebut dan   mempertahankan   kemerdekaan.   Waktu   itu   Kabupaten   Kawarang   – termasuk ke dalam wilayah Keresidenan Jakarta -- dengan ibukota Purwakarta, terdiri  atas  8  kewedanan,   yaitu  Karawang,   Purwakarta,   Rengasdengklok, Cikampek, Subang, Sagalaherang, Ciasem, dan Pamanukan.
Rengasdengklok merupakan salah satu daerah yang memiliki sejarah yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia,  yakni sebagai tempat dimana Naskah Prokalamasi di buat sekaligus sebaagai tempat  yang digunakan oleh golongan muda untuk menyembunyikan para golongan tua seperti Ir. Sukarno dan Drs. Moh Hatta dari pengaruh bangsa Jepang.
Tokoh-tokoh  pemuda  sudah  tidak  sabar  untuk  segera  mem- proklamasikan    kemerdekaan.    Oleh   karena   itu,   Sukarno-Hatta    terpaksa “diculik”.   Rengasdengklok   dipilih  menjadi  tempat  “penyanderaan”   kedua tokoh tersebut dengan beberapa pertimbangan:
1.      Letak Rengasdengklok cukup strategis, karena merupakan daerah belakang Jakarta sebelah timur, sehingga baik menjadi pangkalan mundur bagi perjuangan di Jakarta.
2.       Daerah itu dikuasai oleh kompi Tentara PETA yang bermarkas di sana, di bawah pimpinan Cudanco Umar Bahsan (semula Cudanco Subeno).
3.      Kompi PETA Rengasdengklok sudah sejak lama bersikap antipati terhadap tentara Jepang,  bahkan merencanakan  untuk melancarkan  pemberontakan. Rencana   itu   mendapat   dukungan   sejumlah   besar   rakyat   Karawang, khususnya  penduduk  Ujung  Karawang.  Hal  itu  berarti  rakyat  Karawang sudah siap menyambut kemerdekaan.
Selama   berada   di  Rengasdengklok,   Sukarno-Hatta   ditempatkan   di rumah keluarga Cina, I Song. Rundingan di rumah tersebut menghasilkan kesepakatan,  bahwa  proklamasi  kemerdekaan  akan  dicetuskan  tanggal  17 Agustus  1945  pagi  hari  di  Jakarta.  Oleh  karena  itu ,  Sukarno-Hatta  tidak menginap di Rengasdengklok.  Pada hari itu juga (16 Agustus 1945 kira-kira pukul 10 malam), Bung Karno sekeluarga dan Bung Hatta kembali ke Jakarta. Mereka dikawal oleh sejumlah anggota PETA. Rombongan Sukarno-Hatta tiba di Jakarta tengah malam dan langsung menuju   tempat  kediaman   Laksamana   Maeda   Tadasi1    di  Oranje   Nassau Boulevard  (sekarang  Jalan  Imam  Bonjol).  Di tempat  itulah teks Proklamasi Kemerdekaan  Indonesia  disusun dan ditandatangani  oleh Sukarno-Hatta  atas nama bangsa Indonesia. Peristiwa itu disaksikan oleh sejumlah anggota PPKI dan beberapa tokoh perjuangan golongan tua dan pemuda. Esok harinya, Jumat Legi tanggal 17 Agustus 1945 (bertepatan dengan tanggal 8 Ramadhan 1364
Sumber
Peta dan Peristiwa Rengasdengklok. Bandung : Melati. Hardjasaputra, A. Sobana. 1967.
Sejarah Revolusi nasional. Jakarta Nyoman Dekkersh 1989.
Wikipedia.org: www.peristiwa sekitar proklamasi dan pembentukan Negara.com
Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia. Jilid 1-11. Bandung : Angkasa. Natanagara, , R.H. Husen dan R. Prawiradinata (tth) Sajarah Karawang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Raja-Raja Majapahit

Raja-raja Majapahit Kertajasa Jawardhana (1293 – 1309) Merupakan pendiri kerajaan Majapahit, pada masa pemerintahannya, Raden Wijaya d...