Minggu, 13 Mei 2012

PERBEDAAN KEBUDAYAAN AGAMA HINDU DAN ISLAM DI JAWA BARAT

PERBEDAAN KEBUDAYAAN AGAMA HINDU DAN ISLAM DI JAWA BARAT

Pengaruh kebudayaan hindu di Jawa Tengah nampak pada pertengahan abad ke-5. Pengaruh itu agaknya untuk pertama kali mengandung lapisan atas. Karenanya dengan bukti-bukti yang sudah ditemukan seperti bukti prasejarah belum dapat diketahui pengaruh kebudayaan hindu telah meresap ke kalangan masyarakat bawah. Oleh karena itu pula kemungkinan besar hanya sebagian kecil masyarakat pada saat itu yang telah memeluk agama hindu. Sedangkan sebagian besar anggota masyarakat masih memeluk atau memuja nenek moyang mereka (Kosoh dkk, 1979:58). Dengan adanya pengaruh yang ditimbulkan dari agama Hindu maka kepercayaan yang memuja nenek moyang tersebut semakin hari berkurang dan berganti dengan memuja dewa atau dapat dikatakan mereka memiliki kepercayaan Hindu.
Agama Hindu
Kemungkinan besar pada saat itu hanya kalangan atas yang menganut ajaran agama hindu, karena dianggap hanya lapisan yang boleh menganut atau yang pertama kali mengenal agama hindu. Sedangkan masyarakat lapisan bawah masih belum yakin atau mengerti tentang ajaran agama tersebut, sehingga kalangan bawah masih terfokus pada nenek moyang mereka. Dalam waktu yang bertahap agama tersebut mulai dikenal oleh masyarakat bawah sedikit demi sedikit, sejak saat itulah ada perubahan dari sebagian besar masyarakat. Dengan masuknya agama ini yang telah dikenal dan dianut masyarakat kebudayaan yang ada turut serta berubah secara bertahap, mulai dari pemujaan, bahasa, tulisan dan pemerintahan. Walaupun hal itu belum maksimal, karena masih ada sebagian masyarakat yang tetap mempertahankan ajaran asli yang dianutnya yaitu pemujaan roh-roh nenek moyang. Perubahan ini membawa Indonesia semakin berkembang bagi kebudayaan baik bahasa, tulisan dan ajaran agama
Kitab Agama Hindu
Ketika budaya Hindu memasuki tanah nusantara, dewa-dewa yang terdapat pada agama hindu dianggap sebagai leluhur atau roh nenek moyang oleh negeri ini. secara struktural agama yang terdapat dalam kedua sistim yang berbeda atau berlainan hanya nama-nama saja (Kosoh dkk, 1979:75)Dewa-dewa ini bisa dikatakan sebagai nenek moyang agama hindu di Indonesia dengan alasan-alasan tertentu, disebabkan oleh peran dewa-dewa ini sangat berpengaruh bagi perkembangan hindu di berbagai aspek. Selain itu juga kita ketahui bahwa sebelum adanya agama hindu di nusantara, masyarakat lebih mengenal dengan pemujaan roh nenek moyang mereka, hal itu sudah menjadi kepercayaan bagi masyarakat sebelum masuknya hindu, jadi tidak mengherankan bahwa mulainya hindu masuk ke nusantara masyarakat lebih mengenal dewa-dewanya dengan sebutan roh nenek moyang dalam agama hindu
Dan juga disebut pada seni pewayangan pada zaman dahulu, bahwa cerita dalam pewayangan menyangkut keluarga mahabarata dan pandawa. Hal itu merupakan bukti bahwa seni wayang sebenarnya sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Lebih khususnya di daerah Jawa barat pada saat prasasti batu tulis dibuat.Dalam prasasti batu tulis disebut nama wayang dalam hubungan kalimat chandrasangkala yang berbunyi : panca pandawa …. ban bumi. Apabila kata pandawa pada kalimat tersebut dimasukkan nama keluarga yang terdapat pada cerita mahabarata dan pandawa, maka hal ini merupakan suatu bukti bahwa nama wayang sudah dikenal di Jawa Barat pada saat prasasti itu dibuat (Kosoh dkk, 1979:76)
Prasasti ini menerapkan bahwa, panca pandawa dan bumi itu memang benar, maka bukti itu ada karena sudah terbukti kebenarannya pada seni kewayangan. Mulai saat inilah wayang masuk dan berkembang dalam budaya seni hindu. Wayang sangat memiliki peran yang sangat penting dalam penyebaran agama hindu di jawa barat.
Persebaran seni budaya dibidang bangunan sakral
Bangunan sakral ialah, bangunan yang digunakan untuk kepentingan upacara keagamaan atau ritual, seperti tempat pemujaan dan tempat lain yang digunakan untuk upacara tersebut. Dari zaman Indonesia hindu bangunan-bangunan tersebut telah banyak jenis dan ragamnya terutama hanya didapatkan di pulau jawa misalnya lingga, yoni, wihana, pemandian gapura dan candi (Kosoh dkk, 1979:63). Bangunan sakral merupakan bangunan yang digunakan dalam agama hindu untuk melakukan upacara-upacara khusus, seperti upacara nyepi yng dilakukan dalam pura-pura tersebut.
Di Indonesia memang banyak temuan-temuan yang menyangkut bangunan sakral bagi agama hindu macamnya juga beragam, mulai dari dilihat dari bentuk bangunan dan fungsi bangunan tersebut. Setiap bangunan memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari bangunan lainnya. Karena dalam tempat-tempat tersebut memiliki kegunaan sendiri-sendiri untuk kepentingan keagamaan yang berbeda-beda.
Pulau Jawa daerah yang banyak temuan bangunan seperti ini. Sebab daerah jawa sangat kental dan percaya perkembangannya pada awal masuknya agama hindu. Di daerah ini penyebarannya memang sangat cepat dan beragam cara kebudayaan, jadi sangat wajar bila banyak ditemukannya temuan bangunan sakral di daerah tersebut. Daerah jawa merupakan tempat yang paling banyak dalam memunculkan bangunan-bangunan tersebut yang memiliki banyaak kegunaan dalam hal keagamaan.
Upacara keagamaan sering dilakukan di tempat itu, namun tentunya dengan waktu dan hari tertentu yang dianggap itu merupakan hari besar bagi kaum hindu. Agama ini memang banyak mengenal proses upacara keagamaan, salah satru contoh yang ada sampai saat ini sering dilakukan adalah upacara ngaben. Upacara ini merupakan prosesi pembakaran jasad orang yang telah disucikan dan di bakar dalam tun gku kayu yang berkobar api dan diambil abu tersebut kemudian disebarkan ke laut dengan tujuan arwah orang yang meninggal supaya cepat mencapai nirwana yang sempurna.
Tempat-tempat seperti ini memang di sakralkan bagi umat Hindu. Tidak sembarangan orang bisa ikut dalam upacara di tempat bangunan sakral seperti ini. Bangunan seperti ini sampai sekarang masih dipercayai sebagai bukti kebesaran kebudayaan agama hindu. Biasanya orang-orang yang sudah mendapatkan kepercayaan dari banyak orang untuk melakukan hal-hal dalam keagamaan tersebut, sehingga tidak sembarang orang yang melakukan upacara dalam hal keagamaan di tempat-tempat sakral tersebut.
Agama Hindu sebagai suatu sistem kepercayaan yang pernah berkembang di sebagian kepulauan Indonesia terutama di Pulau Jawa dan lebih khususnya di daerah Jawa Barat ini. Agama Hindu tumbuh dan berkembang di Jawa barat resminya selama agama ini menjadi dasar kepercayaan yang dianut oleh para pemimpin, para penguasa politik yang pernah berkembang dalam beberapa abad. Memang cukup dirasakan bahwa pengaruhnya dan sisanya masih Nampak pada beberapa segi kehidupan masyarakat yang berkembang. Beberapa unsurnya berjalan dengan kehidupan baru terutama nampak terselubung dalam hal-hal yang bersifat ritual. Hal tersebut menuinjukan pola betapa meresapnya pengaruh pengaruh kebudayaan Hindu dalam masyarakat Jawa Barat, sehingga dalam beberapa aspek kehidupan yang nyata pengaruh tersebut amat sukar dihilangkan unsur-unsur demikian itu tetap merupakan anasir yang survival (Kosoh dkk, 1979:78). Aspek-aspek pengaruh yang ditimbulkan oleh agama Hindu dapat sangat dirasakan karena banyak kebudayaan yang ditimbulkan oleh agama Hindu.
Masyarakat Indonesia yang selalu menerima dengan baik semua orang yang dating ke Indonesia sebagai tamu atau pedagang membuat tamu dan pedagang yang singgah atau menetap di Indonesia khususnya di daerah Jawa bagian barat. Para pedagang atau tamu dari India leluasa mengenalkan agamanya ke penduduk atau masyarakat pribumi yang masih system kepercayaannya belum kuat. Sehingga agama Hindu berkembang dengan cepat dan mudah diterima di masyarakat pribumi, sehingga dengan berkembangnya agama hindu di masyarakat pribumio memunculkan suatu kebudayaan baru diantara kebudayaan lama yang masih dipercaya atau dilestarikan. Bahkan dengan masuknyaagama hindu membuat pola berfikir masyarakat juga berubah yang semula masyarakat yang semula masyarakat menyembah roh nenek moyang yang pola berfikirnya tentang magis, sekarang mereka menyembah dewa yang ada di agama Hindu yang pola berfikrnya ingin maju dan berkembang.
Pengaruh agama Hindu memang cukup kuat seperti telah disebutkan dalam naskah sawakudarma yang berasal dari tahun 1435 Masehi, masih kita temukan nama-nama dewa yang ada dalam agama hindu yang menjadi sembahan atau panutan para pemeluk agama Hindu.Agama Hindu berkembang di Pulau Jawa khususnya di Jawa Barat sangat lama karena masyarakat tidak atau belum mendapat pengaruh budaya dari luar, keadaan tersebut berlangsung hingga pada zaman perkembangan kerajaan Hindu di Jawa Barat dari masa perkembangan awal kebudayaan Hindu sampai ada agama baru, yaitu Islam yang kelak akan mempengaruhi kebudayaan masyarakat Jawa Barat. Agama Islam merupakan agama yang masuk setelah Hindu berkembang dengan dengan pesat di daerah Jaawa Barat, walaupun Islam merupakan agama yang baru, tetapi Islam dapat dengan mudah mengambil hati para penduduk di daerah Jawa Barat. Karena agama islam memiliki sifat yang penuh dengan kasih saying, toleransi, dan sebagainya, sehingga agama Islam dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat di daerah jawa barat.
Kaligrafi Agama Islam
Tersiarnya agama Islam di jawa barat sudah barang tentu melalui pendidikan dan pengajaran. Mungkin sekali agama Islam yang disiarkan itu disesuaikan dahulu dengan keadaan dan adat istiadat yang berlaku di Jawa barat sendiri atau mungkin juga telah disesuaikan dengan kebudayaan hindu yang sebelumnya sudah berpengaruh, tetapi yang jelas agama islam dengan mudah dapat diterima oleh rakyat jawa barat. Pada mulanya para penyebar agama islam itu berkomunikasi dengan penduduk yang berdiam di pantai-pantai sebelah utara karena itu penduduk di pantai utaralah yang mula-mula menerima pengaruh islam melalui pedagang. Bagaimana cara mereka semula menyiarkan agama itu, tidaklah kita ketahui dengan tepat. Mungkin sekali pada waktu itu pelajaran agama islam diberikan secara teratur dan dilaksanakan di suatu tempat tertentu. Tetapi pendidikan dan pengajaran yang seperti kita miliki sekarang ini, terang belum ada pada waktu itu, sebab sekolah-sekolah semacam sekarang ini berasal dari dunia barat (Kosoh dkk, 1979:100-101). Karena pantai utara merupakan tempat di mana ada pelabuhan yang selalu di buat para pedagang dari luar melakukan transaksi ekonomi. Para pedagang itu banyak yang menetap dan melakukan komunikasi dengan para penduduk asli daerah atau pribumi, sehingga para pedagang tersebut dapat dengan mudah melakukan penyebaran agama di daerah jawa barat.
Berarti masyarakat Jawa Barat mudah menerima kebudayaan baru, tetapi mereka tidak langsung menerima kebudayaan tersebut. Mereka menyesuaikan kebudayaan tersebut dengan kebudayaan yang mereka memiliki, sehingga budaya agama Islam mudah diterima oleh masyarakat Jawa Barat karena kebudayaan Islam disebarkan dengan damai dan disesuaikan dengan keadaan masyarakat Jawa Barat yang sudah terlebih dahulu dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kaum pedaganglah yang telah membawa agama Islam ke Jawa Barat, karena mereka berdagang ke Indonesia dengan waktu lama bahkan banyak yang menetap di Indonesia dengan itu tidak menutup kemungkinan mereka juga melakukan perkawinan dengan penduduk pribumi sekaligus mereka juga menyebarkan agama Islam. Karena melakukan perkawinan dengan perempuan pribumi para pedagang pasti akan mengajarkkan agama mereka pada istrinya, bahkan pada orang-orang terdekat dari istri mereka.
Masjid Baiturrahman 
Agama Islam juga membawa perubahan sosial, budaya, serta memperhalus dan memperkembangkan budaya Indonesia. Adapun aliran Islam yang berkembang di Jawa Barat ialah mazhab syafi’i. sejak kapan mazhab syafi’i masuk ke Indonesia tidak diketahui dengan pasti. Pendapat para ahli dikalangan Islampun satu sama lain berbeda tapi terlepas dari adanya perbedaan pendapat tentang berkembangnya mazhab syafi’i tersebut yang sudah jelas bagi kita adalah mengenai adanya suatu berita yang diungkapkan dalam babad Cirebon. Dengan Maulana Hud yang dilakukan dengan cara-cara syafi’i. Disitu disebut juga tentang Tanya jawab antara Sunan Gunung Jati dengan Panjunan dimana dikatakan bahwa Sunan Gunung Jati adalah ahli sunni (sunnah) yang dimana memberikan bukti-bukti dari sumber-sumber sastra atau sejarah yang bersifat keagaman Islam. Tetapi yang terang hingga kini di beberapa daerah di Indonesia sebagian besar masyarakatnya ialah penganut mazhab syafi’i. (Kosoh dkk, 1979:107)
Masyarakat Jawa Barat memang terbuka dengan kebudayaan-kebudayaan di luar kebudayaannya sendiri, jadi mazhab syafi’i bisa masuk dalam Jawa Barat dengan mudah karena dalam ajaran Islam memang melakukan jalan damai dalam menyebarkan ajarannya. Dalam hal ini mazhab syafi’i yang dibawa oleh para pedagang bisa menyebar ke Jawa Barat melalui perdagangan atau juga perkawinan sehingga kemudian mazhab syafi’i ini dapat berkembang ke seluruh nusantara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Raja-Raja Majapahit

Raja-raja Majapahit Kertajasa Jawardhana (1293 – 1309) Merupakan pendiri kerajaan Majapahit, pada masa pemerintahannya, Raden Wijaya d...